Mengenal Kevin Veashna Athaa Sudewo, Programmer Cilik Juara Kompetisi Coding

BERBAKAT: Kevin Veashna Athaa Sudewo menunjukkan piala juara favorit Coding and Artificial Intelligent Competition 2023.(FAJAR ANDRE/RADAR MALANG)

Saat Sedang Fokus Bisa Buat Satu Game dalam Tiga Hari

Usianya belum genap 11 tahun. Namun Kevin sudah mampu menciptakan tiga buah game. Satu di antaranya bahkan menyabet juara favorit dalam event Coding and Artificial Intelligent Competition 2023.

FAJAR ANDRE SETIAWAN

DENGAN gaya khas anak-anak, Kevin sangat semangat kala bercerita tentang karyanya yang berhasil mendapatkan prestasi di level nasional. Sebenarnya game itu sangat sederhana. Terinspirasi dari pengalaman pribadi dan keresahannya terhadap isu-isu lingkungan.

Bocah kelahiran 23 Oktober 2012 itu merasa risi ketika melihat orang-orang di sekitarnya masih suka membuang sampah sembarangan. Kevin lantas punya ide untuk mengangkatnya dalam sebuah game edukasi. Ia beri nama trash game. Dalam game itu, pemain harus menangkap berbagai sampah yang jatuh dari bagian atas layar gawai.

”Kalau kita tidak bisa menangkap sampah itu, nyawa kita akan berkurang. Jika tiga kali sampah tak bisa ditangkap, game akan berakhir,” terang Kevin. Dia begitu terampil saat memeragakan cara merancang dan memproduksi game tersebut. Bahkan tampak hafal rumus-rumus angka yang dimasukkan dalam setiap menu di aplikasi coding yang dia gunakan.

Selain trash game, Kevin juga mempunyai dua game lainnya. Yakni boat game dan survival game. Kedua game itu dibuat murni sebagai hiburan yang penggunaannya tetap harus menggunakan strategi. Tentu tak kalah menarik meski tidak mengandung nilai edukasi seperti pada trash game.

Kevin sebenarnya belum terlalu lama mengenal coding. Siswa SDN Pandanwangi 1 itu mulai mempelajarinya sejak awal naik kelas IV.  ”Tahun ajaran depan saya naik kelas V,” ucapnya.

Begitu juga tentang membuat game. slotgacor889 Putra bungsu dari dua bersaudara itu sama sekali tidak belajar secara khusus. Berawal dari hobi bermain game di ponsel, dia penasaran untuk mengetahui cara pembuatannya. Kevin pun belajar otodidak melalui video-video di kanal YouTube.

Kevin mengaku tidak ada yang sulit dari coding, termasuk mengaplikasikannya dalam pembuatan game. Apalagi dia melakukannya dengan suka cita. Untuk sementara dia masih memproduksi game dua dimensi saja. Namun ke depan dia juga bakal membuta game 3 dimensi agar lebih menarik. ”Sekarang saya sudah mulai belajar membuat game 3 dimensi,” imbuhnya.

Karena tantangannya lebih berat, Kevin memutuskan mengambil kelas kursus untuk mendalami coding. Khas anak-anak, Kevin bercerita bahwa kelak dia ingin menjadi profesor yang bisa membuat game bagus dan robot-robot canggih.

Nanditya Ika Faramita, ibunda Kevin, mengatakan bahwa ketertarikan sang buah hati terhadap teknologi sudah terlihat saat masih balita. Dia kerap kewalahan segala pertanyaan Kevin. Jika kebanyakan anak kecil kerap menggambar tumbuh-tumbuhan atau hewan, Kevin selalu menggambarkan berbagai bentuk -robot.

Kevin juga kerap menceritakan hasil gambarnya itu dalam imajinasi yang indah. Misalnya, robot yang ia gambar kelak akan bisa membantu pekerjaan rumah tangga sang ibunda. ”Anaknya memang kritis. Selalu ingin tahu,” ucap Dita, panggilan akrab Nanditya.

Dita tak jarang merasa lelah menjawab setiap pertanyaan Kevin yang macam-macam. Terutama jika bocah itu sudah penasaran terhadap asal usul dan alasan terjadinya sebuah benda maupun peristiwa. Dita juga kerap tak pernah paham dengan apa yang dilakukan oleh putranya itu.

Dalam kondisi normal, Kevin membutuhkan waktu sekitar sepekan untuk membuat satu game. Namun apabila benar-benar fokus, dia bisa menyelesaikannya dalam waktu 3 hari.

”Tapi saya tetap berusaha menyeimbangkan kegiatan Kevin agar tidak sampai larut dalam hobinya itu secara berlebihan,” salah satunya dengan mengikutkan Kevin dalam berbagai les. Misalnya les taekwondo dan Bahasa Inggris.

Dita berharap prestasi yang telah diraih Kevin menambah bisa menginspirasi dan menambah banyak prestasi anak-anak di Indonesia di bidang coding. Hal itu akan membuat anak-anak tidak hanya sebagai penikmat teknologi. Melainkan juga pembuat teknologi. (*/fat)

Sumber dari : radarmalang.jawapos.com 29 Mei 2023

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
0 Shares
Tweet
Share
Pin
Share