TIMESINDONESIA, BATU – Di tengah ingar bingar peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2023, ternyata ada peninggalan Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, panggilan akrab Ki Hajar Dewantara di Kota Batu.
Sebuah sekolah Taman Dewasa (sekolah setingkat SMP) yang hingga kini berjibaku dengan modernisasi dengan tetap mengajarkan prinsip pendidikan Among yang diajarkan Ki Hajar Dewantara.
Adalah SMP Taman Siswa Kota Batu, satu-satunya warisan Ki Hajar Dewantara yang hingga kini masih bertahan di kota wisata ini. Sekolah ini berada di Jl Agus Salim Nomor 45, Kelurahan Sisir, Kota Batu. Berbeda dengan kesemarakkan peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2023 yang dipusatkan di Balai Kota Among Tani, Selasa (2/5/2023) sekolah ini terlihat hening.
Siang itu hanya terlihat beberapa orang guru yang beraktivitas di dalam kantor dan seorang pria serta seorang perempuan yang sedang membersihkan halaman. Hari itu, para siswa memang pulang lebih awal karena hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang Lebaran dan belum ada belajar mengajar karena kegiatan diisi dengan halal bi halal.
Gedung sekolah ini terlihat lengang, di beberapa sudut sekolah terlihat tulisan “SMP Taman Siswa Batu” lengkap beserta logo sebagai penanda berdiri Lembaga Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Pada dinding sekolah terlihat gambar Ki Hajar Dewantara lengkap dengan kalimat asas pendidikan Among yang diajarkan:
Ing ngarso sung tulodho (di depan menjadi teladan/contoh), Ing madyo mangun karso (di tengah memberikan semangat), Tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan dan arahan).
“Selain menerapkan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam keseharian, kita juga menanamkan prinsip Ngandel, Bandel dan Kendel. Ngandel berarti memberikan kepercayaan kepada guru untuk mengarahkan mereka kepada pendidikan yang baik dan benar,” ujar Kepala Sekolah SMP Taman Siswa Kota Batu, Onyka Abdillah kepada TIMES Indonesia, Selasa (1/5/2023).
Menurut dia, sekolah sedang berjibaku bukan hanya melakukan pembenahan karakter siswa, tetapi juga melakukan pembenahan karakter sekolah. Pasalnya saat ini sekolah ini sedang berjuang keras mengembalikan kepercayaan kepada masyarakat, pasca keterpurukan sekolah.
“Saya pendidik baru di sini, saat saya masuk sekolah ini tahun 2017, sekolah ini dalam kondisi drop. Tinggal satu sekolah saja, SMP (Sebelumnya ada SD) dengan 12 siswa,” jelas Onyka.
Dari hasil survey yang dilakukan sekolah, keterpurukan sekolah ini terjadi karena kebijakan yang pernah diambil sekolah ini puluhan tahun yang lalu.
Di mana selain menghadapi perkembangan zaman, dimana banyak sekolah berkembang pesat di sekitar sekolah ini, ada juga kebijakan yang membuat masyarakat menjadi tidak percaya dengan kualitas pendidikan di sekolah ini.
“Ada beberapa hal yang menyebabkan sekolah ini dulu pernah drop, pertama terkenal sekolah anak pindahan, selain itu sekolah terlihat tidak terurus. Bersama-sama alumni para guru memperbaiki hal ini, hingga saat ini mulai ada perkembangan yang menggembirakan, orang tua mulai percaya menempatkan anaknya disekolah kita,” ujar Onyka.
Salah satu kebijakan yang diambilnya adalah menghapus kebijakan menerima siswa pindahan dari sekolah lain serta melakukan berbagai perbaikan kualitas pendidikan, termasuk memberikan pendidikan berbasis IT dan menggunakan pendekatan religi.
“Anak-anak kita ajari perangkat lunak, lulusan sekolah kita harus bisa membuat blog di website. Selain itu kita rutin melakukan pembinaan keimanan dan ketaqwaan dengan melaksanakan Sholat Dhuha, Dhuhur dan melaksanakan TPQ. Semua ini perjuangan kita setelah gulung khuming (jungkir balik),” ujar Onyka.
Kegiatan ekstra kurikuler pun digenjot diberikan kepada para siswa, agar mereka memiliki bekal ketika terjun ke masyarakat. “Ada ekstra bela diri Mushikawa, ekstra computer jaringan, futsal dan Qiroati Al Quran,” ujar kepala sekolah yang berusia 30 tahun ini.
Seiring dengan geliat di sekolah, lambat laun satu persatu prestasi pun diraih sekolah Ki Hajar Dewantara ini. “Lomba Futsal Se Malang Raya kita raih juara empat, desain poster kita juga meraih juara harapan. Di momen Hari Pendidikan ini, kita berharap semoga sekolah ini tetap maju, sebagai sekolah bersejarah,” ujar Ony sembari menyebutkan sekolah yang dipimpinkan ini adalah sekolah gratis.
SMP Taman Siswa ini adalah sekolah tertua di Kota Batu. Taman Dewasa (SMP) dan Taman Muda (SD) didirikan Yayasan Taman Siswa pada 4 Februari tahun 1953 didirikan oleh Minsuwarso, seorang guru yang dahulu dimasa Kolonial Belanda tinggal di Jl PB Sudirman depan Galery Raos.
“Nama beliau, Minsuwarso diabadikan menjadi sebuah nama jalan yang letaknya tepat disamping sekolah ini,” ujar Ketua Perkumpulan Keluarga Besar Taman Siswa (PKBTS) yang juga Sekretaris Yayasan Taman Siswa, Kariyadi.
Perjuangan Minsuwarso membangun sekolah ini dibantu beberapa temannya, antara lain Kuswo, M Dahlan dan Rais Mintarjo. Awal pendiriannya di sekolah ini terdapat Taman Indria (TK), Taman Muda (SD) dan Taman Dewasa (SMP).
“Dahulu Taman Dewasa nya Gedung sekolahnya di depan Pegadaian, samping GOR Ganesha, sementara disini (Jl Agus Salim-red) SD-nya di sini,” ujar Kariyadi. Ia membenarkan sekolah di mana ia belajar pernah terpuruk karena perkembangan zaman. Banyak sekolah menjamur.
Padahal sekolah ini sudah banyak menelurkan tokoh-tokoh Kota Batu. Bahkan bisa dikatakan lulusan sekolah ini menjadi pionir berdirinya Kota Batu. Ketua Pokja Peningkatan Status, Andrek Prana bersama beberapa temannya seperti Sentot Ari Wahyudi adalah lulusan sekolah ini.
Marlin Wibowo, pensiunan polisi yang pernah mencalonkan diri sebagai Wakil Wali Kota Batu juga ada lulusan sekolah ini. “Bagaimana pun juga sekolah ini adalah sekolah perjuangan, tapi juga harus dipahami jika diibaratkan sekolah ini adalah rumah makan, kokinya harus menyajikan masakan berkualitas yang menjadi kebutuhan konsumen,” ujar Kariyadi.
Ia berharap ajaran Ki Hajar Dewantara benar-benar diterapkan di Taman Siswa. Pengajaran yang merakyat dan berasaskan Ing ngarso sung tulodho (di depan menjadi teladan/contoh). Seorang guru hendaknya bisa menjadi pemimpin di kelas yang bisa menjadi contoh/teladan bagi peserta didik. Karena bagaimanapun seorang guru adalah role model yang akan ditiru oleh peserta didik.
Berikutnya, Ing madyo mangun karso (di tengah memberikan semangat). Seorang guru hendaknya bisa bergabung di kelas dan memberikan semangat kepada peserta didik. Dan, Tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan dan arahan). Seorang guru hendaknya bisa memberikan dorongan dan arahan kepada peserta didik.
“Bukan hanya diucapkan di mulut, tapi dilakukan dalam perbuatan,” ujarnya berpesan. (*)
Sumber dari : timesindonesia.co.id 3 Mei 2023