“THE CREATION OF GREAT SCHOOL”

Waduh. tamannya bagus sekali, pohon-pohonnya, landscapenya, gedungnya, Teaching Factorynya. Wah apa saja keren” Sapa Prof Imam Robandi dalam sesi pembukaan bincang-bincang bersama kepala sekolah SMK Muhammadiyah 7 gondanglegi pada selasa malam 29 Maret 2022 kemarin.

Kedua orang hebat itu saling melakukan perbincangan kecil dari bagaimana sejarah hidup kepala SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi yang sekarang bisa sampai ke tahap seperti ini. “Sebenarnya saya adalah anak desa yang diajak ke kota prof”. Sahut pak Munali sang kepala sekolah SMK MUTU. Kemudian Prof Imam mulai menanyakan bagaimana keadaan sekolah pak Munali ketika beliau mulai masih berada di sekolah dasar.

“Kalau SD saya itu karena waktu itu masih betul-betul kampung dan juga jalan-jalan itu masih makadam batu-batu masih belum diaspal itu ya pasti menarik. Karena saya tergolong anak yang diatas rata-rata teman-teman itu jadi saya banyak dikenal. Seperti ketika masuk pagi, saya selalu datang duluan”. Jelas pak Munali.

Pak Munali juga menjawab pertanyaan Prof Imam mengenai apakah masih ada teman SD yang mengenali beliau saat ini. Sang kepala sekolah SMK terbaik itupun menjawab, beliau sempat kaget karena ada salah satu teman semasa SD beliau yang sekarang pindah ke daerah Sidoarjo yang ikut serta mengucapkan selamat saat beliau dilantik menjadi kepala sekolah SMK MUTU Gondanglegi.

“Bahkan ada yang mengirim foto saat wisuda, oh sesuai dengan jerih payah yang dilakukan jaman dulu. Itu motivasi dari teman-teman jauh yang bahkan anaknya sekarang jadi murid saya”. Ujar pak Munali.

Pak Munali juga mulai menjelaskan bagaimana sebenarnya beliau ingin sekali masuk SPG (Sekolah Pendidikan Guru) tetapi karena pada saat kelulusannya sekolah tersebut mulai dihilangkan, beliau akhirnya masuk SMP dan STM lalu dilanjutkan memasuki ranah perkuliahan pada jurusan Sistem Tenaga jelasnya.

“Apa yang diajarkan di Sistem Tenaga itu pak Munali?”. Tanya Prof Imam Robandi semakin penasaran. Pak Munali pun mulai menjawab apa yang beliau sempat pelajari adalah Sistem Tenaga Listrik, Rangkaian Listrik 1, 2, Sistem Proteksi, Sistem Pentanaan dan masih banyak lagi. “Rancangan saya ini soft stats, mengurangi arus stats di awal motor induksi”. jelas Pak Munali.

“Bagaimana saat sekolah ada pelajaran budaya untuk gambaran anak-anak sekarang?” Tanya Prof Imam. Kemudian pak Munali berkata bahwa keluarganya dulu adalah orang yang dituakan di kampung, jadi ketika ada keperluan apapun warga tak luput bertanya berbagai macam hal mengenai aturan adat jawa, karena filosofi Jawa itu sendiri.
“Karena orang kampung, kalau orang tua bilang ini tidak boleh ya kita tidak berani melakukannya”. Jelas Kepala Sekolah SMK MUTU tersebut.

“Tembang jawa apa ada yang masih diingat?”. Tanya Prof Imam kepada pak Munali.
Karena dilihat dari latar belakang keluarganya, beliau begitu mencintai budaya Jawa tetapi sangat disayangkan banyak sekali tembang jawa yang tidak begitu beliau ketahui, tetapi banyak lagu yang begitu dikenangkan kepada beliau.
“Pucung, cangkemmu madep menduwur, sabamu ing sendang begitu, cuma gak sampai hafal”. Jawab pak Munali dengan begitu senangnya mengingat masa kecilnya, beliau menjelaskan pucung itu semacam tempat menampung air atau gentong.

“Kalau kesenian saya penggemar ludruk Prof, lakon-lakon seperti Sawunggaling Joko Berek, Sarip Tambak Oso, Sogol, itu saya kenal sekali. Lalu wayang karena bapak saya penggemar wayang ya secara langsung sering mendengarkan”. Cerita beliau sambil tertawa lepas.

“Al-Islam belajar dimana pak Munali?”. Tanya Prof Imam seperti mengupas tuntas sejarah hidup sang kepala sekolah SMK terbaik nasional itu.
Darisitu pak Munali juga menjelaskan bahwa beliau belajar ilmu tentang islam sewaktu masih dari menginjak kelas 1 SD di sebuah langgar mushola, dan di SMP Muhammadiyah beliau mulai dikenalkan lebih luas mengenai islam oleh guru beliau yang bernama Abdul Mukti. Pak Munali lalu mulai menjelaskan lebih spesifik bagaimana beliau mengenal perserikatan Muhammadiyah.

“Saya mengenal itu tahun 92, waktu itu saya ikut acara IPM ingat lagunya Pelajar Muhammadiyah tetap teguh bersatu dalam menuntut ilmu, nah itu lagunya”. Cerita pak Munali sambil menyanyikan sati ringkas bait lagu IPM.
“Ikut IPM langsung daerah saya, utusan cabang langung ke daerah-daerah, itupun baru mengenal oh rupanya seperti ini perserikatan Muhammadiyah itu”. Lanjut pak Munali. Pak Munali juga menambahkan beliau mempunyai ketertarikan dengan kemuhammadiyahan karena ideologinya yang berbeda tetapi masih dalam keadaan sesuai logika.

“Saya tahun 2000 itu menjadi guru, menjadi laborant bagian menunggu bengkel dan kemudian akhirnya dulu itu kalau jadi guru kebanyakan berhenti lalu lebih memilih ke pabrik, pabrik kan nilainya pasti tinggi dan akhirnya ditinggalkan”. Ujar pak Munali.

Prof Imam juga sempat menanyakan apa senangnya menjadi seorang guru. “Dulu kan waktu belajar kalau disuruh mengajari kan bangga, akhirnya setelah yang diajari itu mampu kan perasaan jadi senang akhirnya”. Sebut pak Munali.

“Lalu keadaan kondisi sekolah SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi yang sekarang dipimpin oleh pak Munali itu seperti apa?”. Sahut Prof Imam sangat penasaran sekali.
Pak Munali menyebutkan keadaan sekolah yang sekarang ini banyak sekali mendapat penghargaan dan prestasi serta branding dan go Internasional sudah lengkap.

“Sekarang gagasan apa yang akan dibangun agar SMK MUTU semakin menggelora bukan hanya di Indonesia tetapi menjadi pionneer perubahan peradaban?”. Tanya Prof Imam kembali

“Ini yang coba kita eksplor ke anak-anak untuk terus berprestasi jadi potensi anak-anak itu tidak lagi kita seragamkan. Jadi ada anak yang suka hobinya apa kita fasilitasi”. Jawab pak Munali sembari menjelaskan bahwa untuk kreasi dan inovasi tetap mengikuti perkembangan teknologi.

Saat sesi bincang-bincang dengan prof Imam semakin asik dan mendalam, tiba-tiba Prof Imam menanyakan bagaimana keadaan dan perasaan pak Munali selaku kepala SMK MUTU saat mendapatkan kesempatan melakukan studi banding ke jepang terutama saat pertama kali beliau menginjakkan kakinya di stasiun kyoto.

“Waktu saya tertinggal atau entah ditinggal waktu itu ehehe, jadi dari subway ingin ke tower Kyoto antara takut, antara malu dan menguji nyali, akhirnya daripada takut kalau nanti ditanya macam-macam akhirnya ini kembali naik kereta dan sampai di hotel pukul 10 malam”. Cerita pak Munali dengan tertawa lepas karena mengingat pengalamannya selama di Kyoto.

“Yang belum terpikirkan sebelumnya, meskipun sebagai orang teknik kan sudah mengenal yang namanya jarak jauh yang namanya joomla dan messenger tetapi dengan kondisi yang ada saat ini benar-benar berat, karena memahamkan masyarakat dalam hal ini menjadi tantangan, karena belum tahu semua guru atau masyarakat itu harus belajar seperti apa? Apakah belajar itu harus face to face antara guru dan murid, ataukah harus ada di sebuah ruangan dengan media fasilitas, jadi belum tahu dapatkah lingkungan ini dibuat untuk belajar. Secara umum pandemi ini kan pembelajaran juga buat kita, bagaimana kita akhirnya dapat melihat sesuatu itu pasti menilainya positif”. Jelas pak Munali.

“Ini kan sekolahnya pak Munali ini sekolah besar sekolah hebat kan ya? Banyak tamu dari berbagai kalangan dan daerah, institusi kan menjadi repot bagaimana rasanya tamu itu datang satu dua bus?”. Tanya Prof Imam lagi.

“Repotnya juga sama, kembali lagi supaya kita tidak terlena karena banyaknya tamu seperti prinsip elektrik itu jadi sebuah induksi itu kalau terus memberikan keluar, di dalamnya akan terus berkurang. Jadi selain kita memberikan sesuatu kita juga harus menggali mencari ilmu dan terus belajar agar yang kita peroleh menjadi tambahan bagi kita. Karena banyak orang yang merasa sudah cukup kemudian ada hal-hal lain yang pernah saya tulis. pak Pahri, dan prof Imam itu kan ada kerbermanfaatan”. Ujar pak Munali kepada prof Imam.

“sebelum ditutup saya ingin berpesan satu dua kalimat, intinya kan hasil yang saat ini diperoleh SMK MUTU dan yang sedang diamatkan ke saya kan bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul kemarin kan gitu, jadi ada penanaman di beberapa waktu yang lalu yang sudah dibangun dan diinisiatori oleh siapapun seperti pak Pahri mulai dari tahun 2008 dan dari sebelum-sebelumnyakan intinya hari ini itu salah satu bunga yang sudah muncul dari tumbuhan yang sudah ditanam sebelumnya, yang hari ini mungkin dulu belum terpikirkan sama seperti prof Imam, yang kita lakukan hari ini itu kita belum tau maksudnya tetapi di kemudian hari baru tau apa maksudnya, sama seperti SMK MUTU hari ini bukan sebuah bim salabim tapi merupakan sebuah proses yang terus berlanjut yang sebelumnya belum ada menjadi semakin meningkat dan berkembang. Semoga setelah ini akan berbuah dengan karya-karya dengan produk yang bermanfaat terutama untuk rakyat Indonesia”. Begitulah saran penutup dari sang Kepala Sekolah baru SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, pak Munali, S.T., M.Pd dalam sesi bincang-bincang bersama prof Imam Robandi selasa malam 29 Maret 2022.

Penulis : Admin SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi 29 Maret 2022

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
0 Shares
Tweet
Share
Pin
Share