BATU – Pembatasan pupuk subsidi membuat petani jeruk harus berpikir keras untuk menghemat penggunaan pupuk. Salah satu upayanya ialah dengan menggunakan pupuk organik.
Menurut petani jeruk yang telah menerapkan pupuk organik Tarto Suswanto, pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kualitas buah. Dia mencontohkan luasan lahan jeruk yang dimilikinya sekitar 7.000 meter persegi dengan jenis jeruk siam. “Untuk pemupukan sekitar 1,5-2 bulan sekali,” ujar warga Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo ini, Selasa (28/3).
Untuk luasan lahan tersebut, ia menggunakan sekitar 7-8 kuintal pupuk kimia. Tetapi saat ini ia hanya habis sekitar tiga kuintal pupuk kimia. Sisanya menggunakan pupuk organik. “Sekitar 75 persen sudah pakai organik,” paparnya.
Langkah pertama ialah mengembalikan kesehatan tanah terlebih dahulu. ”Pada saat tanah rusak kalau langsung full organik takutnya nanti tanaman kekurangan nutrisi,” kata Tarto.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan buah apel, buah jeruk lebih tahan terhadap cuaca. Jika hujan saat berbunga tanaman jeruk akan lebih bagus. “Saya di Bulukerto juga memiliki tanaman apel, lebih sulit perawatannya,” ungkap dia.
Meskipun begitu, penyakit tanaman jeruk dinilai lebih banyak penyakitnya. Total sekitar sepuluh penyakit. Salah satunya ialah bakteri CPPD. Sehingga para petani harus jeli, dan jika ada salah satu tanaman yang terkena, maka harus segera dimatikan agar tak menyebar. “Cirinya daun menguning dan rasa buah yang asam,” jelas Tarto.
Dalam bertani tanaman jeruk lanjut dia, membutuhkan ekstra perhatian. ”Petani itu harus paham kapan tanaman membutuhkan penyemprotan,” ujarnya. Jika tidak paham pasti tanaman jeruk akan lebih mudah terserang penyakit. (iza/lid)