Mengenang Bu Kasur, Pencipta Lagu yang Dedikasikan Hidup untuk Pendidikan Anak

Dok. Kompas: Bu Kasur di Taman Kanak-Kanak (TK) Mini Pak Kasur, di Jalan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (10/5/2002).(KOMPAS/ALIF ICHWAN)

KOMPAS.com – Satu-satu, aku sayang ibu. Dua-dua, juga sayang ayah. Tiga-tiga, sayang adik kakak. Satu dua tiga, sayang semuanya.

Lirik lagu tersebut menghiasi masa kecil sebagian besar anak Indonesia.

Lagu bertajuk Sayang Semuanya itu merupakan salah satu dari sekian karya Sandiah atau lebih dikenal sebagai Bu Kasur.

Hari ini 97 tahun lalu, tepatnya 16 Januari 1926, tokoh pendidikan yang karyanya lekat dengan anak-anak, Bu Kasur, lahir.

Asal mula panggilan Bu Kasur

Harian Kompas, 23 Oktober 2002, memberitakan, Ibu Kasur menamatkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama zaman kolonial Belanda.

Bu Kasur menghabiskan nyaris seluruh hidupnya di Jakarta, kecuali saat ikut mengungsi bersama ayahnya ke Bandung ketika Jepang masuk ke Indonesia pada 1942.

Bukan hanya itu, Bu Kasur tercatat pernah menghabiskan empat tahun untuk mengungsi di Yogyakarta, tepatnya pada 1946-1949.

Ia menikah dengan Pak Kasur pada 29 Juli 1946 di tempat pengungsian di Yogyakarta. Dari pernikahan dengan Pak Kasur inilah, sapaan “Bu Kasur” mulai muncul.

Panggilan Pak Kasur sendiri bermula dari sapaan “Kak Soer” yang bernama asli Soeryono.

Bersama sang suami, Bu Kasur mengasuh siaran anak-anak di Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta.

Saat Televisi Republik Indonesia (TVRI) berdiri pada 1962, Bu Kasur turut membawakan acara serupa, yakni Arena Anak-anak dan Mengenal Tanah Airku.

Pada 1970-an, Bu Kasur juga mengasuh acara Taman Indria di TVRI. Ketika televisi swasta lahir, ia pun mengampu acara Hip Hip Ceria di RCTI.

Pencipta lagu dan tokoh pendidikan anak

Serupa dengan sang suami, Bu Kasur merupakan seorang maestro yang telah banyak menciptakan lagu anak-anak.

Selain Sayang Semuanya, beberapa judul lagu yang ia ciptakan antara lain Kucingku, Bertepuk Tangan, dan Main Sembunyi.

Dikutip dari Kompas.com, 23 April 2022, Bu Kasur kerap menghindari huruf “r” dalam lirik lagunya agar anak-anak bisa lebih mudah mengucapkan dan mengingat.

Semasa hidupnya, Bu Kasur setidaknya telah menulis 150 lagu anak-anak. Selain itu, Bu Kasur juga turut mengedit majalah anak-anak.

Di samping menciptakan lagu anak-anak, Bu Kasur turut mencurahkan waktu dan tenaga untuk pendidikan anak Indonesia.

Bu Kasur bersama Pak Kasur mendirikan sekolah anak bernama Taman Kanak-kanak (TK) Mini pada 1965.

Setelah Pak Kasur meninggal pada 1992, lembaga pendidikan anak itu pun berubah nama menjadi TK Mini Pak Kasur, dan kini telah memiliki beberapa cabang di Jakarta.

Penghargaan dan akhir hayat Bu Kasur

Meski sempat terhenti sejenak setelah kematian Pak Kasur, dedikasi Bu Kasur dalam dunia pendidikan anak terus berlanjut hingga akhir hayat.

Dilansir dari Kompas.com, 16 Januari 2022, dia kerap diundang ke berbagai acara seminar pendidikan, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Bu Kasur juga pernah membuat film di tengah lesunya dunia perfilman Indonesia.

Dia membuat film Amrin Membolos versi 1996 yang diadaptasi dari film berjudul sama karya Pak Kasur.

Atas jasanya di dunia pendidikan anak-anak, Bu Kasur pun menerima sejumlah penghargaan, antara lain Bintang Budaya Para Dharma pada 1992, penghargaan dari Presiden dalam rangka Hari Anak Nasional (1988), serta Centro Culture Italiano Premio Adelaide Ristori Anno II dari Pemerintah Italia pada 1976.

Bahkan, satu minggu sebelum tutup usia, Bu Kasur masih menemani anak-anak TK Mini Pak Kasur bertamasya ke Taman Safari.

Pada Minggu, 20 Oktober 2002, Bu Kasur muntah-muntah dan dilarikan ke Rumah Sakit Cikini Jakarta.

Ia mengembuskan napas terakhir dua hari setelahnya pada 22 Oktober 2002.

Sumber dari : kompas.com 16 Januari 2023

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
0 Shares
Tweet
Share
Pin
Share