
Wandah punya posisi penting di Prime 1 Studio, Jepang. Selain membuat desain untuk mainan, dia juga punya tugas untuk mengoreksi karya dari desainer lainnya. Kesempatan bergabung dengan studio itu dimulai dari postingannya di Facebook.
Galih R Prasetyo
Pandangan bila studio pekerja kreatif cenderung berantakan tidak berlaku di tempat Wandah Kurniawan.
Saat didatangi ke sana pekan lalu, studionya tampak bersih dan tertata rapi. Puluhan action figur menjadi penghias di ruangan berukuran 3 x 3 meter itu.
Saat itu, Wandah tengah menyempurnakan desain tokoh hero bikinannya, yang sudah berjalan sekitar 80 persen. Dengan cekatan dia menggerakkan mouse di tangan kanannya.
Desain tiga dimensi untuk bakal mainan slotgacor889 jenis statue atau patung yang dibuatnya harus melalui proses panjang.
Ada banyak tahapan yang harus dilewati. Dimulai dengan memahami karakter mainan yang dibuat. Misalnya membuat tokoh Batman.
Wandah wajib tahu bagaimana karakter fisik sampai sifatnya di film. Itu menjadi modal pengembangan atau variasi di desain statue.
Baca Juga : 45 Perupa Pamer Mainan Lidos.
Tahap lainnya seperti revisi. ”Setiap karya bisa melewati dua sampai tiga kali revisi,” kata alumnus Universitas Negeri Malang (UM) itu.
Aspek tersebut wajib dijalani karena perusahaan di tempat dia bekerja, yakni Prime 1 Studio, menginginkan hasil desain yang terbaik.
Prime I Studio itu merupakan salah satu produsen mainan di Jepang. Mereka juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan film dan anime.
”Pada intinya karya yang dibuat harus benar-benar dibuat semirip mungkin,” kata pria asal Kelurahan Bandulan, Kecamatan Sukun itu.
Contohnya ketika membuat karakter wonder woman atau Joker. Gaya rambut harus dibuat semirip mungkin.
Bila di film bergelombang ke arah kanan, maka desainnya harus mengikuti. (Bersambung ke halaman selanjutnya)
Dituntut Detail, Satu Karya Bisa Habiskan Waktu Sebulan
Detail dan rumitnya proses itu membuat dia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan satu karya. ”Rata-rata satu desain butuh waktu satu bulan,” kata dia.
Selama di Prime 1 Studio, tugas pria berusia 29 tahun itu tidak hanya sebatas membuat desain.
Dia juga mempunyai tanggung jawab untuk mengoreksi karya dari desainer lainnya. Apabila ada kurang tepat, dia akan memperbaiki kualitasnya.
”Ada beberapa karya dari desainer lain yang biasa saya periksa, seperti dari Brazil,” terangnya.
Meski perlu efforts tinggi selama berkarier di Prime 1 Studio, namun pria yang sempat bersekolah di SMAN 4 Malang itu menikmati segala rutinitasnya.
Ada dua alasan yang membuatnya nyaman. Pertama, karena pekerjaan itu sesuai dengan passion-nya.
Baca Juga : 30 Guru Besar Bahas Eksistensi Seni Kriya.
Ya, sejak duduk di bangku SD, Wandah memang menyukai kegiatan menggambar. Dia juga gemar bermain game dan menonton film-film superhero.
”Dulu waktu kecil, hampir setiap hari selalu menggambar,” imbuhnya.
Sejauh ini dia juga bisa menikmati pekerjaannya di Prime 1 Studio.
Sebab, sebelum bergabung dengan perusahaan tersebut, dia sempat mendapat banyak penolakan saat mengirim curriculum vitae (CV).
”Kurang lebih ada 10 perusahaan yang sudah coba masuki,” kata Wandah.
Akibatnya, selama satu tahun dia sempat mengandalkan peran freelance untuk mencari pemasukan. Seiring berjalannya waktu, titik baliknya dimulai pada awal 2018. (Bersambung ke halaman selanjutnya)
Ketika itu, kesempatan dari Prime 1 Studio datang dengan cara yang cukup unik. Ketertarikan mereka muncul setelah melihat desain 3D dari Wandah di Facebook.
”Saat itu saya mendesain karakter super girl,” kata dia.
Saat itu, pria yang sempat menimba ilmu di Desain Komunikasi Visual (DKV) UM tersebut memang memanfaatkan media sosial untuk menunjukkan karya-karyanya.
”Owner dari Prime 1 Studio langsung menghubungi saya via pesan Facebook,” kenangnya.
Saat itu, Wadah mengaku awalnya tidak percaya. Sebab berdasar pengetahuannya, perusahaan-perusahaan kreatif selalu menghubungi seseorang secara resmi.
Seperti berkirim e-mail. Namun, saat itu dia tetap berpikiran positif. Pesan dari Owner Prime 1 Studio tersebut tidak diacuhkannya.
Baca Juga : 20 Seniman Sampaikan Kritikan Lewat Karya.
Pilihan tersebut cukup tepat, sebab berselang beberapa hari kemudian, Wandah pada akhirnya diterima kerja di sana.
Dalam perjalanannya mengarungi dunia kreatif, Prime 1 Studio bukan perusahaan mainan pertama yang bekerja sama dengan Wandah.
Tiga tahun sebelumnya, tepatnya 2015 lalu, dia menjadi freelance di perusahaan Singapura.
Dia mendesain 3D untuk statue di perusahaan yang bernama Kinetiquettes. Setahun berselang, Wandah melebarkan sayap ke Malaysia.
Saat itu, pada 2016 lalu dia diterima kerja di salah satu perusahaan game yang ada di Kuala Lumpur. Selama di sana, dia berhasil menelurkan beberapa game.
Salah satunya yakni Street Fighter V. ”Di sana saya membuat karakter-karakter yang ada di game itu,” ucapnya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)
Saat itu, dia harus bekerja dobel. Pagi mengerjakan tugas di perusahaan Malaysia. Sedangkan malamnya membuat desain untuk perusahaan Kinetiquettes.
Mampu survive dengan dua perusahaan tersebut merupakan bentuk upayanya mengejar karier sekaligus mengembangkan diri.
Sebelumnya, saat masih mahasiswa, dia sering mengikuti lomba untuk meningkatkan kemampuannya. (*/by)
Sumber dari : radarmalang.jawapos.com 2 Maret 2023