Sekolah Gratis di Amerika Bukan Mimpi, Kedutaan AS Ungkap Caranya

Kunjungan Wakil Atase Kebudayaan Kedutaan AS Mary Trechock ke Aula PR di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung pada Senin 25 Juli 2022.* /Pikiran Rakyat/M. Iqbal Maulud

PIKIRAN RAKYAT – Kedutaan Besar Amerika menawarkan program fellowship untuk masyarakat ASEAN berusia 25-35 tahun.

Tidak perlu memiliki klasifikasi khusus untuk mengikuti fellowship ini, hanya perlu kefasihan berbicara Bahasa Inggris.

“Untuk penempatannya tergantung dari minat mereka yang mengikuti program ini. Namun biasanya akan ditempatkan di negara-negara bagian yang bukan tempat yang padat semisal Colorado, Wyoming dan Texas,” kata Wakil Atase Kebudayaan Kedutaan AS Mary Trechock di Aula Pikiran Rakyat, di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung pada Senin 25 Juli 2022.

Menurut Mary syarat lainnya untuk mengikuti program yang dinamai YSEALI PFP (Young Southeast Asian Leaders Initiative Professional Fellows Program) ini harus juga memiliki pengalaman dua tahun bekerja sekaligus pekerjaan tetap.

Mengikuti program YSEALI PFP ini pun memiliki banyak keuntungan lanjut Mary. Misalnya hidup dengan keluarga di Amerika Serikat dengan budaya-budaya yang tidak umum, semisal di wilayah Texas atau Hawaii.

“Di Amerika Serikat nanti, kita bisa juga mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana institusi-institusi di Amerika menjalankan pekerjaanya. Sekaligus membangun relasi di sana,” katanya.

Sedangkan untuk penempatannya biasanya akan di sektor non profit dan organisasi privat yang disesuaikan dengan minat mereka yang mengajukan.

Sementara untuk berapa lama mereka yang mengajukan fellowship ini tinggal di Amerika Serikat, tergantung dari hasil wawancara, pengajuan dan hal lainnya.

Mary juga mengatakan sebenarnya program ini sudah berjalan bertahun-tahun lamanya. Namun memang ada sedikit hambatan ketika Pandemi Covid-19 melanda, jadi meski tidak dihentikan namun YSEALI PFP terpaksa melaksanakan programnya secara hybrid.

YSEALI PFP harus patuh dengan aturan yang ada di Amerika Serikat, jadi memang ada aturan ketat tentang kunjungan dari negara lain. Namun seperti kita semua ketahui sebelumnya, anggota YSEALI PFP adalah warga yang memiliki kewarganegaraan dari Asia Tenggara,” katanya.

Saat disinggung mengenai apakah program ini diharuskan membayar, menurut Mary program ini gratis. Bahkan nantinya biaya visa, dan biaya hidup akan ditanggung oleh Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat.

“Namun syaratnya tentunya harus lulus dulu dalam wawancara untuk mengikuti program ini,” katanya.

Mary pun memaparkan untuk daftar program ini cukup dengan mengakses secara daring situs www.ysealipfp.org.

“Nantinya kami akan menyaring siapa-siapa saja yang berhak untuk mengikuti program ini. Namun tentunya juga mereka yang tersaring ini harus mengikuti serangkaian tes Berbahasa Inggris, termasuk wawancara dengan Bahasa Inggris pula,” katanya.

Setelah mengikuti program tersebut maka mereka yang mengikuti YSEALI PFP ini masuk menjadi alumni. Nantinya akan banyak juga program yang bisa diikuti para alumnus tersebut.

Hanya saja meski tidak memiliki sertifikat, namun tentu saja akan tercatat sebagai alumni dari YSEALI PFP.

“Jaringan alumni YSEALI PFP ini sangat kuat, bahkan akan selalu ada acara dari para alumni ini setiap tahunnya. Ditambah dengan jaringan kuat ini maka akan banyak kegiatan dari Kedutaan Amerika Serikat yang akan melibatkan para alumni tersebut,” katanya.

Oleh karena itu lanjut Mary diharapkan pula akan banyak mereka yang tertarik mengikuti program ini.

“Terutama dari kalangan jurnalis yah, padahal banyak ilmu yang bisa didapat jika mengikuti program ini, yang lolos baru satu orang. Namun jangan berharap lebih, misalnya ditempatkan di Washington Post atau Newyork Times tapi lebih ke media lokal,” ujarnya sambil sedikit bercanda.

Sistem Pendidikan

Di sisi lain, Mary juga menjelaskan tentang keadaan Amerika Serikat pada saat ini terutama dalam bidang pendidikan. Namun secara umum, sistem pendidikan di Amerika Serikat hampir sama dengan di Indonesia.

“Dimulai dari TK untuk anak usia 4-5 tahun, selanjutnya ada yang setingkat SD, SMP dan SMA hingga lanjut ke Universitas. Hanya saja tergantung regulasi daerah masing-masing ada juga sekolah dasar yang hanya membutuhkan waktu 5 tahun saja untuk lulus,” ucapnya.

Sedangkan durasi pun kata Mary untuk di Amerika Serikat menganut sistem ‘full day‘ sejak pagi pukul 07.00 atau pukul 08.00 hingga pukul 15.00. Hanya saja ada juga kebijakan sekolah yang berbeda, bisa waktunya lebih cepat atau lebih lama.

“Tetapi sama juga seperti di Indonesia ada kegiatan ekstrakurikuler seusai sekolah usai. Ini disesuaikan dengan minat siswa-siswanya tersebut,” katanya.

Hanya saja untuk tingkatan universitas ada sedikit perbedaan dengan di Indonesia. Di Amerika Serikat, 9 dari 10 universitas terbaik merupakan universitas swasta.

“Kecuali Berkeley University di California yah, sisanya swasta seperti Harvard dan Stanford,” katanya.

Sistem penerimaan mahasiswa di sana pun berbeda-beda di tiap universitas. Namun ada kelebihan bagi mereka yang memang tinggal dekat dengan universitas tersebut.

“Biayanya jadi jauh lebih murah karena dipotong pajak yang kita bayar,” katanya.

Maka dari itu kata Mary berharap semoga dengan diskusinya dengan Pikiran Rakyat ini akan memicu banyaknya orang yang berminat mengikuti fellowship ini.

“Biasanya kalau sudah ada satu yang mengikuti di suatu sekolah, maka teman-temannya akan juga tertarik,” katanya.***

Sumber dari : pikiran-rakyat.com 26 Juli 2022

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
0 Shares
Tweet
Share
Pin
Share