
Puluhan guru SMK bidang keahlian Teknik Kendaraan Ringan (TKR) mengikuti refleksi akhir in-house trainng di SMK Muhammadiyah 7 (SMK Mutu) Gondanglegi, Sabtu (7/12). Training ini adalah lanjutan program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) berbasis Zonasi.
Dalam training yang difasilitasi tiga Guru Inti (GI) PKP ini, lebih banyak diulas tentang implementasi pembelajaran HOTS (High Order Thinking Skill).
“Yang banyak diperkuat adalah disain pembelajaran berbasis HOTS. Materi cakupannya banyak, dan tiap guru peserta diharapkan bisa menguasai dan menerapkannya saat pembelajaran,” demikian Catur Sunaryadi MPd, salah satu Guru Inti PKP Pusat Belajar SMK Mutu, Sabtu (7/12) sore.
Selama PKP ini, lanjutnya, penyusunan disain pembelajaran, praktik dan penilaian, hingga sikap tiap peserta dijadikan aspek penilaian. Termasuk, diharapkan munculnya praktik terbaik mengajar guru dalam penerapannya.
“Sekitar 60 persen nilai PKP ditentukan melalui keterampilan dan pemenuhan tugas dan praktik peserta. Selebihnya, juga dari hasil posttest online langsung dari Kemdikbud (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, red),” jelas Catur.
Menurutnya, pemahaman pembelajaran HOTS melalui program PKP sangat cocok bagi pendidikan kejuruan. Mengingat, SMK memang menekankan kompetensi keahlian siswa yang banyak dihadapkan masalah dalam pekerjaannya kelak.
“Contoh pembelajaran HOTS itu, siswa dibiasakan problem-based learning, belajar berdasarkan masalah yang didapati. Juga belajar dengan kemampuan analitis dan kreatif. Jadi, sangat penting terutama jurusan otomotif (TKR),” jelas Catur.
Akan tetapi, PKP ini menurutnya masih mendapati tantangan kendali mutu implementasi dan hasilnya. Yakni, apakah guru benar-benar menerapkan, bahkan mengimbaskan lebih luas pembelajaran HOTS di kelas tempat mengajarnya.
Pusat Belajar program Pengembangan Profesi Berkelanjutan melalui PKP di SMK Muhammadiyah 7 ini mencakup peserta pelatihan setidaknya dari 18 SMK imbas, negeri dan swasta.