Kepala SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Kab Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Muktamar Muhammadiyah cara pemilihan demokratis.

Pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah telah selesai dilangsungkan, dan menghadirkan Ketua Umum Prof. Haedar Natsir, serta Sekretaris Umum Prof. Abdul Mukti untuk periode 2022-2027. Muktamar yang sempat tertunda karena pandemic Covid-19 menyisakan banyak catatan positif yang seharusnya menjadi pelajaran untuk kita semua sebagai bangsa Indonesia. Catatan positif bagaimana sebuah acara yang mengahdirkan puluhan ribu orang dari Sabang sampai Merauke serta beberapa perwakilan negara tetangga. Dihadiri oleh orang nomor satu di Republik Indonesia beserta dengan pejabat tinggi negara.

Tidak heran jika seorang Dahlan Iskan menyatakan seandainya para pengambil kebijakan dapat mengambil pelajaran dari Muhammadiyah dalam pelaksanaan pemilihan pemimpin bangsa. Dahlan Iskan menyatakan, mungkinkah system yang dilakukan oleh Muhamamdiyah dapat diadopsi untuk pilpres tingkat negara Indonesia.

Pilpres yang beberapa kali ini selalu berdarah darah, terlalu mahal, terlalu memecah belah masyarakat. Disway.id, Senin (21/11).

Memang seperti kita ikuti dan kita amati, pemilihan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 sangat simple dan damai, tidak terjadi perseteruan, tidak menimbulkan kelompok penentang dan pendukung serta yang lebih menyenangkan adalah menghadirkan kegembiraan warga persyarikatan yang datang dari seluruh penjuru Indonesia dan sebagian utusan dari negara yang memiliki Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM).

Menurut penulis, Dahlan Iskan seolah telah membuat sebuah pernyataan, bahwa Muktamar Muhmmadiyah telah menghadirkan kesadaran masyarakat bagaimana berkumpul dalam event dan bagaimana menjaga keharmonisan hidup bersama lingkungan. Mengoptimalkan warga untuk menyediakan makanan, menyiapkan sarana transpsortasi dan menyediakan penginapan, rumah singgah untuk para penggembira.

Ribuan orang yang datang dengan membawa rasa persaudaraan, rasa senang bertemu dengan teman yang jauh yang biasanya hanya melalui layar media elektronik. Muktamar Muhammadiyah ke 48 yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo, dan ditutup oleh Wakil Presiden KH Makruf Amin ada memori dalam pikiran pak Dahlan Iskan. Mengapa di Muhammadiyah ada 13 pimpinan dan dapat ditambah sesuai kebutuhan, semua calon pimpinan sudah dikader dalam kepemimpinan di bawahnya, Wilayah, Daerah, Cabang, bahkan Ranting. Pemimpin di Muhammadiyah tidak berbicara keuntungan finansial, tetapi tetap harus tertib administrasi dan tertib organisasi. Kata Dahlan Iskan dalam tulisannya di Disway.

Pengakuan dunia internasional terhadap organisasi Muhammadiyah.

System Organisasi di Muhamamdiyah memang slotgacor889sudah sudah diakui oleh banyak kalangan, Regional bahkan Internasional. Bukti pengakuan tersebut adalah dengan didirikannya Sekolah Muhamamdiyah dibeberapa negara tetangga. Di Singapura, Malaysia, Australia, dan beberapa Pimpinan Cabang Istimewa Muhamamdiyah (PCIM) di Asean, Asia, Afrika, juga Eropa.

Dari awal didirikan Muhammadiyah memang ingin menata sendi kehidupan dari Pendidikan, Kesehatan, sehingga tidak dapat dilupakan Amal Usaha Muhammadiyah bekerja di bidang tersebut, Sekolah-sekolah Muhamamdiyah dari Pendidikan Anak Usia Dini, hingga Perguruan Tinggi tersebar di seluruh penjuru Indonesia.

Menurut Prof Abdul Mu’ti yang juga Sekretaris Umum PP Muhammadiyah dalam suatu kesempatan, ada tiga hal yang membuat dunia mengakui Muhamamdiyah, yang pertama Muhammadiyah sebagai Organisasi yang sejajar dengan Badan Dunia di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa, bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang setara dengan organisasi kemasyarakatan Internasional.

Yang kedua, selain di Indonesia Muhammadiyah memiliki pimpinan cabang di luar negeri, dan yang ketiga Muhammadiyah mampu bekerjasama dengan Lembaga Internasional dalam menyelesaikan konflik, seperti di Piliphina. Muhamamdiyah menjadi mediator antara Pemerintah Piliphina dan Muslim Moro. (https://umsu.ac.id/sekjen-pp-muhammadiyah-muhammadiyah-sudah-mendapat-pengakuan-badan-dunia/)

4 pelajaran untuk menjadi kader bangsa

Kita mungkin harus banyak belajar kepada Muhammadiyah yang mampu menjaga ruh organisasi untuk tetap bergerak, meskipun harus berganti personil pimpinan dan bertambah atau berkurang unsur pimpinan. Proses kepemimpinan yang kolektif kolegial memang patut kembali menjadi prinsip, terutama dipimpinan ormas yang semakin tumbuh subur di Indonesia.

Kepemimpinan tersebut ternyata dapat meredam perbedaan pemikiran dan menghilangkan gejala muncul ketokohan tunggal yang pada akhirnya ada pengkhultusan sosok individu yang berlebihan dalam memberikan penghormatan. Bukan tidak boleh menjadikan seseorang sebagai tokoh tunggal, tetapi pada perjalanan sering disalah gunakan.

Menyikapi situasi dan kondisi yang sedang berkembang, sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar, dengan banyak keanekaragaman budaya, adat istiadat, suku ras, dan ekonomi serta sosial. Tentu kita sangat prihatin dengan peristiwa peristiwa perebutan posisi kepemimpinan yang terjadi di sekeliling kita yang menghadirkan suasana mencekan, cara-cara premanisme, perkelahian, dan adu domba untuk saling menjelekan antara satu dengan yang lain.

Organisasi kepemudaan, organisasi pelajar, atau organisasi lain yang seharusnya menjadi sarana untuk belajar menjadi pemimpin lokal, pemimpin komunitas berubah menjadi ajang baku hantam dan saling mengintimidasi, yang pada mulanya hanya karena perbedaan pendapat dan kesalahpahaman semata. Yang paling membuat trenyuh adalah dalam proses pergantian kepemimpinan tersebut tidak sedikit sampai menuju meja hijau dan tindak pidana.

Muktamar Muhammadiyah telah selesai dilaksanakan, sebagai guru yang otomatis menjadi Kader bangsa dan mencetak kader bangsa tentu kita harus banyak mengambil pelajaran dari proses muktamar Muhammadiyah tersebut.

Ada 4 hal yang menurut saya dapat dijadikan pelajaran dari pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Surakarta tahun 2022.

Pertama, belajar menjadi kader yang baik, artinya kita sebagai kader harus mampu memberikan dan menjadi tauladan dalam hidup bermasyarakat. Kita harus menjadi contoh bagaimana bersosial, menghargai perbedaan dan bersama dalam menjaga lingkungan agar tetap damai dan tenteram.

Kedua, kita sebagai kader yang mungkin suatu saat akan dipilih menjadi pimpinan harus sadar bahwa persyaratan yang diwajibkan dalam setiap kegiatan harus dipenuhi. Hal ini bertujuan, agar kita selalu tunduk dan patuh, taat serta tertib dalam keadministrasian.

Ketiga, menerima setiap kebijakan yang telah diputuskan oleh pimpinan yang sudah dipilih oleh muktamirin yang notabene adalah perwakilan kita, meskipun beliau-beliau yang dipilih tidak semua adalah pilhan kita. Mungkin karena berbeda wilayah, atau karena tidak ada hubungan kekerabatan, tetapi karena sudah disepakati oleh pimpinan makan harus kita taati, tidak lantas menjadi orang lain atau mengakui tetapi dengan catatan kalau pimpinannya yang dipilih sepakat atau setuju.

Keempat, menjadi manusia penyampai kabar untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hasil yang sudah disepakati dalam Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Surakarta. Hal ini berguna agar warga yang belum menahu dan tidak hadir atau belum memperolah informasi menjadi mengerti dan memahami, sehingga jika ditemukan pimpinan yang sebelumnya berada di bawah Pimpinan Pusat, menjadi lebih bijak dalam bersikap.

Apabila empat pelajaran tersebut dapat kita ambil untuk modal berkehidupan kebangsaan, maka insyallah setiap ada proses regenerasi, peralihan atau pergantian pimpinan di semua sendi kehidupan tidak akan terjadi kesalah pahaman, permusuhan, fitnah, adu domba atau perebutan kekuasaan dengan cara tidak terpuji, perebutan pimpinan yang tidak baik.

Melainkan, akan terjadi proses pemilihan yang sehat, damai meriah, menggembirakan dan mengalir secara sadar bahwa kepemimpinan adalah bukan segala-galanya, jabatan adalah bukan satu-satunya sarana untuk berbuat baik dan berlaku baik, tetapi salah satu sarana kita untuk memunculkan ide, gagasan, yang dapat ditawarkan kepada masyarakat untuk dilaksanakan.

Harapan saya, secara khusus semoga pelaksanaan Muktamar ke 48 di Surakarta tahun 2022 ini dapat diikuti ditingkat bawah, misalnya Musywil, Musyda, Musycab, Musyran. Semoga pula dapat dijadikan rujukan dan pedoman untuk semua organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah, Aisiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasiyatul Aisiyah (NA), Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah, Ikatan Pelajar Muhamamdiyah (IPM), Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TS), Kepanduan Hizbul Wathon (HW) di semua tingkatan.

Harapan secara umum, semoga disemua organisasi yang ada di Indonesia, dapat menghadirkan kader-kader bangsa yang sanggup menjadi penerus perjuangan bangsa, yang mampu secara damai bergantian dalam menjadi pemimpin.

Sumber dari : timesindonesia.co.id 6 Desember 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *