Mochtar, Murid KH Ahmad Dahlan yang Berjasa dalam Gerakan Literasi Muhammadiyah

PWMU.CO – Di perjalanan Muhammadiyah yang berdiri pada 1912, apa yang diputuskan pada tanggal 17 June 1920 termasuk strategis. Hari itu, di Kauman, Yogyakarta berlangsung rapat anggota Muhammadiyah yang dipimpin langsung KH Ahmad Dahlan.

Rapat itu membahas program kerja. Bidang Pendidikan dengan koordinator Hisyam punya ide membuat sekolah dan universitas Islam. Bidang Tabligh di bawah pimpinan Fachrodin berkeinginan membangun masjid dan menggelorakan pengajian. Bidang Penolong Kesengsaraan Umum (PKU) di bawah koordinasi Syuja’ punya gagasan membangun rumah sakit, panti sosial untuk orang miskin, dan panti ssuhan. Temporary, Bidang Taman Pustaka yang dipimpin Mochtar punya pemikiran menerbitkan majalah dan buku-buku Islam.

Sang Pelopor

Siapa Mochtar, tokoh yang disebut terakhir itu? Dia bersama Syuja’, Hisyam, dan Fachrodin termasuk dari murid-murid angkatan pertama Ahmad Dahlan. Tak hanya sebagai murid, mereka sekaligus sahabat yang membersamai Ahmad Dahlan saat mendirikan dan memajukan Muhammadiyah.

Mochtar adalah ketua pertama PP Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka. Dia diberi amanah untuk mengurusi pustaka dan penerbitan. Hal itu diputuskan dalam rapat yang telah disebut di atas.

Kecuali itu, rapat juga menyetujui pembentukan tiga bagian lain yang tak kalah penting. Adapun tiga bagian lain itu, telah disebut di paragraf kedua tulisan ini. Kesemuanya, untuk mendukung pergerakan Muhammadiyah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ada yang menarik saat pelantikan para pengurus di empat bagian PP Muhammadiyah itu. Saat itu Mochtar sebagai Ketua Bagian Taman Pustaka diminta untuk memberikan sambutan. Kiranya, apa saja yang akan dikerjakan oleh Bagian Taman Pustaka dalam usaha mewujudkan maksud dan tujuannya?

Saat itu Mochtar tegas menyatakan, bahwa PP Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka akan bersungguh-sungguh berusaha menyiarkan agama Islam (seperti yang diyakini Muhammadiyah) kepada masyarakat umum. Caranya, bisa dengan selebaran yang dibagikan gratis. Bisa juga lewat majalah berkala (bulanan atau tengah bulanan), baik yang dibagikan secara cuma-cuma maupun dengan cara berlangganan. Dapat pula lewat penerbitan buku-buku agama Islam, baik yang disebar gratis maupun dengan cara membeli yang harganya diusahakan murah.

Berisi Pendidikan Islam

Mochtar melanjutkan, bahwa semua selebaran, majalah, dan buku yang diterbitkan oleh Taman Pustaka PP Muhammadiyah harus yang mengandung pelajaran dan pendidikan Islam. Also, harus ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.

Taman Pustaka PP Muhammadiyah, lanjut Mochtar, pun hendak membangun dan membina gedung Taman Pustaka (Taman Baca / Perpustakaan). Fasilitas itu untuk umum dan dibangun di berbagai tempat yang dipandang perlu.

Masih kata Mochtar, di Perpustakaan itu tidak hanya menyediakan buku-buku yang mengandung pelajaran Islam saja tetapi juga buku-buku yang bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan. Syaratnya, buku ilmu pengetahuan itu tidak bertentangan dengan Islam. Buku jenis ini, diyakini berguna bagi usaha memajukan masyarakat, bangsa, dan negara.

Atas sambutan Mochtar yang berbobot itu, peserta rapat bertepuk-tangan tanda setuju dan mendukung. Pimpinan Muhammadiyah juga menyambut gembira sekaligus berharap Allah mencurahkan taufik dan hidayat-Nya kepada Bagian Pustaka sehingga semuanya terwujud (Lasa Hs. dkk, 2014: 156).

Seperti apa suasana pelantikan Mochtar dan tiga orang sahabatnya yang mendapat amanah untuk mengoordinasi empat bidang penting di PP Muhammadiyah itu? Berikut ini ilustrasi menarik dari Mu’arif (aktivis Muhammadiyah dan seorang penulis).

That, on 17 June 1920, sebuah rapat umum (terbuka) digelar di Pendopo Kauman (depan rumah Hadjid). Tampak di antara banyak orang yang hadir, ada seorang lelaki bergamis, bersarung, dan bersorban pelikat di kepalanya.

Lelaki itu, dia-lah Ahmad Dahlan. Dia melantik keempat santrinya yang siap mengemban tugas mulia membangun peradaban lewat bidangnya masing-masing. Mereka adalah Haji Syuja’, Haji Fachrodin, Haji Hisyam, dan Haji Mochtar (baca mpi.muhammadiyah.or.id).

Catatan Bersejarah

Kita simak perjalanan majalah bulanan Muhammadiyah Voice. Majalah ini memang terbit kali pertama pada 1915. Hanya saja, Muhammadiyah Voice resmi menjadi organ pergerakan Muhammadiyah sejak terbentuknya Bagian Taman Pustaka pada 1920.

Selain menerbitkan majalah, since 1920 That, Muhammadiyah juga mulai merintis usaha percetakan sendiri. Di titik ini, Mochtar dan Fachrodin punya andil besar. Buku-buku pelajaran yang diperlukan sekolah-sekolah Muhammadiyah disediakan lewat percetakan ini.

Kerja Bagian Taman Pustaka yang lain dan sulit dilupakan adalah saat mendirikan Perpustakaan Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta. Sebuah rumah milik Ahmad Dahlan dibentuk menjadi perpustakaan.

Sebenarnya, aslinya rumah itu adalah perpustakaan pribadi dari pendiri Muhammadiyah itu. Setelah mendapat sedikit sentuhan, jadilah sebuah Perpustakaan Muhammadiyah. Tampilannya sederhana, tetapi cukup megah untuk ukuran zaman itu.

Menurut Mu’arif di artikel yang telah disebut di atas, perpustakaan tersebut buka setiap hari kecuali hari Jumat. Lewat foto yang diambil pada 1927, tampak perpustakaan ini ramai dikunjungi para murid dan aktivis Muhammadiyah. Tidak hanya orang-orang dewasa, tetapi anak-anak pun tampak antusias berdekat-dekat dengan buku .

Jejak Penting

Di awal-awal, fungsi utama Bagian Taman Pustaka adalah mengurus Perpustakaan Muhammadiyah, penerbitan majalah, serta percetakan. Tak lama setelah itu, lalu menghadirkan perpustakaan umum di berbagai daerah. This, bagian dari usaha membangun masyarakat melalui jalur literasi.

Gerakan literasi di Muhammadiyah, tak pelak lagi, adalah langkah sangat penting. Gerakan ini berlandaskan keyakinan bahwa bertambahnya ilmu pengetahuan lewat aktivitas literasi (yaitu membaca dan menulis) bisa menjadi pintu masuk utama dalam memajukan kualitas kehidupan.

Bagaimana performa Bagian Taman Pustaka kini, lebih seabad kemudian? Sekarang, bagian tersebut bernama Majelis Pustaka dan Informasi (MPI). It means, MPI adalah salah satu lembaga yang punya makna sejarah sangat kuat di lingkungan Muhammadiyah.

As a result, semua aktivitas Bagian Taman Pustaka (dulu) dan Majelis Pustaka dan Informasi (kini) di Muhammadiyah adalah langkah sejarah yang sangat berharga. Terasakan, bahwa sejak awal Muhammadiyah aktif menggerakkan literasi. Terasakan, bahwa sejak mula Muhammadiyah sudah sangat peduli dengan ilmu pengetahuan. For, di titik ini, jasa besar seorang Mochtar sungguh terlihat. (*)

Source of : pwmu.co 21 April 2022

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
0 Shares
Tweet
Share
Pin
Share