Foto dirilis Sabtu (18/7/2020), memperlihatkan prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Sat Kopaska) TNI AL melakukan penyerbuan saat infiltrasi ke garis depan penyerbuan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta. Skenario penyerangan di Pulau Edam atau Pulau Damar, jajaran Kepulauan Seribu, Jakarta, itu adalah simulasi latihan Peperangan Laut Khusus 2020 dilakukan Kopaska Koarmada I.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

KOMPAS.com – Komando Pasukan Katak (Kopaska) adalah Satuan Khusus Milik TNI-AL yang berkedudukan langsung dibawah Koarmada, dan bertanggung jawab langsung kepada KSAL. Kopaska didirikan 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk membantu pemerintah Indonesia dalam penyelesaian masalah Irian Barat. Semboyan korps Kopaska adalah “Tan Hana Wighna Tan Sirna” yang berarti “tak ada rintangan yang tak dapat diatasi.” Dibentuk Presiden Soekarno Pemikiran untuk membentuk Kopaska berasal dari Presiden Soekarno, dan baru terealisasi menjelang Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Namun, gagasannya sendiri sudah ada sejak zaman revolusi Kemerdekaan Indonesia. Dilansir dari Majalah Cakrawala edisi 449 Tahun 2020 terbitan Dinas Penerangan TNI AL, saat itu, Indonesia yang baru lahir dipersulit hidupnya oleh blokade laut yang dilakukan oleh Angkatan Laut Belanda. Ketika Belanda menguasai Irian barat, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), yang dipimpin Menteri Panglima Angkatan Laut, Raden Eddy Martadinata, diam-diam mengadakan latihan khusus pasukan katak. Puncak latihan tertutup ini terjadi pada 31 Maret 1962 di halaman kolam renang Senayan, Jakarta.

Para prajurit dari Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Armada I mengikuti Latihan Peperangan Laut Khusus di Panngkalan TNI AL Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (23/6/2020). Kegiatan tersebut menjadi salah satu bagian dari upaya pembinaan kesiapsiagaan dan kemampuan pasukan untuk meningkatkan profesionalisme, ketrampilan, dan kesiapan operasional Satuan Kopaska. Latihan Peperangan Laut Khusus menjadi agenda utama tahunan Satuan Kopaska dalam menyiapkan pasukan khusus laut untuk tugas nonkonvensional baik pada masa damai maupun pada saat perang. Kegiatan berlangsung selama sembilan hari dan akan di tutup pada 30 Juni mendatang di Kepulauan Seribu.(KOMPAS/WAWAN H PRABOWO)

Kopaska bersifat misterius

Di sana, Laksamana Madya RE Martadinata meresmikan berdirinya satuan Pasukan Katak di tubuh Angkatan Laut. Pasukan ini yang kemudian dikenal sebagai Komando Pasukan Katak (Kopaska). Saat itu, Kopaska bersifat misterius, tidak banyak orang yang mengetahui tentang keberadaannya, tetapi dikenal sebagai satuan yang standar latihannya sangat berat. Namun, Kopaska bukan satu-satunya satuan tempur khusus di bawah TNI Angkatan Laut. Sejak Indonesia merdeka, Angkatan Laut sudah memiliki Korps Marinir, yang di dalamnya terdapat satuan Intai Amfibi (Taifib). Bahkan, ada lagi satuan tempur elite yang merupakan gabungan dari Intai Amfibi (Taifib) Marinir dan Kopaska, yakni Detasemen Jala Mengkara (Denjaka).

Anggota Kopaska TNI AL mengecek kesiapan senjatanya saat Gelar Pasukan Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) di Dermaga Ujung Komando Armada II, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (8/9/2020). Latihan selama lima hari di Laut Jawa dan Bali tersebut diikuti oleh 1137 anggota dengan melibatkan 13 KRI dan 7 pesawat udara. Kegiatan untuk melatih kesiapan dan kordinasi antar satuan yang terlibat.(KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)

Bapak Kopaska, Kapten Pelaut R. Iskak Meskipun resmi didirikan pada 31 Maret 1962, Komando Pasukan Katak atau Kopaska sebenarnya sudah ada sejak 1954. Adalah Kapten Pelaut R. Iskak yang disebut-sebut sebagai “Bapak Kopaska”, yang berasal dari sekolah pasukan katak Angkatan Laut di pangkalan Angkatan Laut Surabaya. Tugas utama Kopaska adalah peledakan atau demolisi bawah air, termasuk sabotase atau penyerangan rahasia ke kapal lawan, dan sabotase pangkalan musuh. Kopaska juga dapat bertugas melakukan penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar, serta anti-teror di laut (maritime counter terrorism). Jika tidak sedang ditugaskan dalam suatu operasi, tim-tim Detasemen Kopaska dapat ditugaskan menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Pendidikan Kopaska

Dengan misi-misi yang diemban Kopaska tergolong sangat berat dan berbahaya, tak mengherankan jika pendidikan dan pelatihan untuk membentuk prajurit berkualifikasi juga berat dan sangat menantang. Siswa Pendidikan Komando Pasukan Katak (Dikkopaska) harus melalui berbagai tahapan pendidikan, seperti tes ketahanan air, psikotes khusus, tes kesehatan khusus bawah air, dan berbagai tes jasmani lainnya. Dikkopaska diawali dengan indoktrinasi dan gemblengan fisik yang luar biasa untuk mencapai keahlian khusus menyelam dan pertempuran bawah air. Fase latihan pertama selama satu setengah bulan diakhiri dengan “Minggu Neraka” yang sangat menguras pikiran dan tenaga, karena para siswa baik dari golongan Perwira, Bintara, maupun Tamtama digojlok tanpa pandang pangkat sesuai standar pasukan khusus.

Mereka akan dikejutkan dengan kegiatan tiba-tiba dan tak terduga, seperti renang laut pada gelapnya malam, senam perahu karet, dan dayung. Para siswa kadang hanya tidur sebentar, lantas sepuluh menit kemudian sudah diminta melakukan halang-rintang, push up dan pull up oleh para instruktur dan pelatih untuk melatih mental serta ujian lisan tentang teori yang telah diberikan. Itu hanya untuk membuktikan bahwa seseorang bisa berpikir sepuluh kali lipat dalam keadaan terdesak, dan dalam tekanan fisik dan mental. Tantangannya adalah bagaimana caranya bisa berpikir seperti itu secara sadar dan tidak gegabah, karena itulah hakikat sebuah pasukan khusus yang bisa menyelesaikan misinya dengan cepat, tuntas dan rapi.

Foto dirilis Sabtu (18/7/2020), memperlihatkan prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmada I melakukan yel-yel usai Latihan Peperangan Laut Khusus di Pulau Damar, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skenario penyerangan di Pulau Edam atau Pulau Damar, jajaran Kepulauan Seribu, Jakarta, itu adalah simulasi latihan Peperangan Laut Khusus 2020 dilakukan Kopaska Koarmada I.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Materi pendidikan komando Fase selanjutnya adalah pembinaan kelas selama dua setengah bulan ditambah praktik selama satu bulan. Teori yang didapat antara lain pengintaian pantai, demolisi dan sabotase. Daerah latihan pendidikan Kopaska pada fase ini adalah seputar pantai wilayah Gresik atau pantai di daerah Pusat Latihan Tempur Marinir Karang Tekok, Situbondo, Jawa Timur. Namun demikian, meskipun bersifat pembinaan di ruang kelas, para siswa tetap diwajibkan lari dan berenang baik dalam kolam maupun laut. Tahap berikutnya adalah materi pendidikan komando. Pada tahap ini para calon anggota pasukan katak dihadapkan pada materi perang darat dan peperangan non-konvensional pada beberapa sub materi, yaitu perang hutan, perang jarak dekat, navigasi, sea and jungle survival, baca peta, pengenalan berbagai senjata api, daki serbu, mountaineering, combat SAR, intelijen tempur, serta beladiri tangan kosong. Pasukan Katak dalam setiap aksinya kadang beregu namun mereka juga terlatih secara individual untuk sabotase dan penyusupan yang memang tidak bisa dilaksanakan dalam tim.

Latihan diawasi pelatih dari Kopassus

Menilik sejarah pendirian pasukan katak pada masa Orde Lama, di mana rekrutmen Pasukan Katak dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), pelatih dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) turut serta mengawasi di tahap ini untuk menjaga kualitas pendidikan komando dari Dikkopaska. Materi komando dari pendidikan Kopaska dijalani selama empat bulan dengan pemadatan dan penyesuaian materi sesuai keperluan Dikkopaska. Pada fase ini, terdapat materi pelolosan dan kamp tawanan Survival Evasion Resistance and Escape (SERE) yang benar-benar menempa mental calon manusia katak, lantaran sangat keras, brutal dan tak kenal ampun. Apabila tak memiliki mental baja, siksaan fisik bertubi-tubi dari pelatih yang berperan sebagai musuh akan menimpa siswa apabila tertangkap.

Foto dirilis Sabtu (18/7/2020), memperlihatkan seorang prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Sat Kopaska) melakukan terjun free fall bersiap mendarat ke Pulau Damar, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skenario penyerangan di Pulau Edam atau Pulau Damar, jajaran Kepulauan Seribu, Jakarta, itu adalah simulasi latihan Peperangan Laut Khusus 2020 dilakukan Kopaska Koarmada I.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Terjun payung militer untuk Kopaska

Lulus dari tahap komando, selanjutnya siswa Dikkopaska dikirim ke sekolah para untuk mempelajari dasar terjun payung militer. Pendidikan ini bisa ditempuh di Sekolah Para Korps Marinir, Gunung Sari, Surabaya atau bisa juga di Sekolah Para Pusdikpassus Batujajar, Bandung atau Sekolah Para TNI AU di Wing III/Paskhas Lanud Sulaiman, Margahayu, Bandung, Jawa Barat. Selama di sekolah para, para calon anggota Kopaska dilatih selama tiga minggu yang meliputi: Ground Training (mengenal parasut, melipat dan memperbaiki, cara pendaratan yang benar dan latihan loncat dari menara 34 kaki) Latihan loncat dari menara 250 kaki Satu minggu praktik dengan melaksanakan tiga kali terjun tanpa perlengkapan, satu kali terjun siang dengan perlengkapan tempur, dan satu kali terjun malam lengkap dengan perangkat tempur. Pasukan Katak juga mendapat keahlian terjun laut dengan perlengkapan khusus baik dari pesawat dan helikopter yang dinamai water jump. Latihan Kopaska tahap sabotase hingga intelijen Tahap berikutnya adalah sabotase, kontra sabotase, dan intelijen tempur. Materi yang menekankan pada konsep “blue jeans soldier” ini dilakukan selama dua bulan sebagai lanjutan materi serupa yang telah mereka terima pada tahap Komando. Mereka harus bisa mendata, mencari tahu berapa komposisi jumlah musuh, kapan saat lengah, demografi, menggalang simpatisan, dan waktu yang tepat untuk operasi penyerbuan atau penyergapan, dan yang pasti tanpa diketahui musuh.

Foto dirilis Sabtu (18/7/2020), memperlihatkan prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Sat Kopaska) melakukan penyerbuan di atas permukaan air. Skenario penyerangan di Pulau Edam atau Pulau Damar, jajaran Kepulauan Seribu, Jakarta, itu adalah simulasi latihan Peperangan Laut Khusus 2020 dilakukan Kopaska Koarmada I.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Pendidikan penghancuran bawah air

Tahap terakhir dari pendidikan Kopaska adalah pendidikan penghancuran bawah air sebagai Underwater Demolition Team (UDT). Ini lah keahlian khusus serta ciri khas pasukan katak di seluruh dunia. Teknik menjinakkan ranjau, patroli pantai, renang rintis, penyelaman laut dalam, selam dengan Scuba Close Circuit, sabotase kapal musuh dengan torpedo hidup, dan penyerbuan dalam laut dipelajari di sini. Karena pendidikan ini adalah bagian akhir dari pendidikan madya brevet Paska, pelatih mengadakan latihan berganda yang mencakup keseluruhan materi yang pernah diberikan.

Operasi amfibi khusus, akhir pendidikan Kopaska

Akhir dari pendidikan Kopaska yang memakan waktu hampir satu tahun itu ditandai dengan digelarnya operasi amfibi khusus, demo UDT, infiltrasi, serbuan amfibi dan keahlian lain yang dimiliki di depan para petinggi TNI Angkatan Laut. Para anggota baru Pasukan Katak berhak atas baret merah Kopaska, Brevet Manusia Katak, Brevet Para Dasar, brevet menembak TNI AL, Brevet Selam TNI AL, Brevet Renang Selat dan brevet-brevet lainnya. Sebagai awal, mereka akan ditempatkan di detasemen latih yang ada di Komando Armada (Koarmada) I dan Koarmada II selama satu tahun. Untuk selanjutnya, mereka bisa menempuh pendidikan spesialisasi (master/tingkat madya) di bidang masing-masing minimal setelah dua hingga tiga tahun bertugas di Kopaska.

Sumber: Majalah Cakrawala edisi 449 Tahun 2020 terbitan Dinas Penerangan TNI AL.

Sumber berita dari : kompas.com 21 Maret 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *