GONDANGLEGI – Banyaknya guru yang kurang kreatif dalam mengajar menjadi bahasan utama dalam seminar nasional Repositioning of Teaching and Learning di SMK Muhammadiyah 7 (SMK Mutu) Gondanglegi 6 Maret 2017 lalu. Rata-rata para guru yang mengajar di sekolah menengah dan dasar ini enggar direpotkan dengan instrument-instrumen mengajar sebagai media untuk memaksimalkan proses belajar mengajar siswa. Mereka (para guru) masih asyik dengan mengajar gaya santai, asal masuk kelas tanpa memperhatikan daya serap siswanya.

Tak mau permasalah tersebut berlarut-larut SMK Mutu melalui seminar nasional ingin mereduksi hal tersebut. Hadir sebagai pemateri dalam kegiatan yang diikuti ratusan guru dari SMP/MTs se-Kabupaten Malang dan para guru SMK Mutu ini yakni guru besar Institut Teknologi Sepukuh Nopember (ITS) Surabaya Prof Dr Imam Robandi. ”Saya heran, guru sekarang ini tidak mau memperhatikan siswanya lebih intens,” kata Prof Imam Robandi usai seminar kemarin.

Akademisi yang juga dosen tamu di Tottori University Tokyo Jepang ini mengatakan, seharusnya seorang pendidik harus mampu membaca dan mengidentifikasi bakat dan kecerdasan siswanya. Dengan begitu, guru akan dengan mudah dalam memilih metode mangajar. ”Sehingga saat ditransfer pelajaran, siswa benar-benar faham sampai ke akarnya. Tidak hanya mengerti permukaannya saja,” terangnya. Apalagi menurutnya, siswa jaman sekarang sudah canggih karena kemajuan IT. Jika guru tidak mengikuti kemajuan yang dimiliki siswa maka akan tertinggal. Dan yang paling fatal kewibawaan guru di hadapan siswa akan turun dengan sendirinya. ”Kan bahaya kalau siswa lebih pinter dari gurunya. Sudah wibawanya jatuh, bisa-bisa dikerjain kalau siswanya cerdas,” tuturnya. Masih kata Prof Imam, tidak ada cara lain sebagai seorang guru kecuali mau intropeksi. Kemudian berbenah diri dan menjadi lebih baik untuk mengimbangi tantangan yan terus meninggi. (Sahrul Hidayah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *